Rabu, 05 Juni 2013

Indonesia Kini Jadi Acuan Harga Kakao

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama ini para pedagang kakao Indonesia hanya menggunakan acuan harga di ICE bursa New York dan LIFFE bursa London, padahal mereka bukan negara penghasil kakao. Produsen terbesar kakao dunia adalah Pantai Gading (Afrika), kedua Ghana (Afrika) dan ketiga Indonesia.

Indonesia menjadi produsen kakao pertama di dunia yang memiliki Perdagangan Kakao di Bursa Berjangka Jakarta. Sebagai produsen tentunya para petani berharap harga kakao bisa pulih kembali setelah terjun bebas sebanyak 40 persen dibanding April 2011.

Sejak kontrak berjangka kakao (kakao futures) di perdagangkan di Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures Exchange) pada 15 Desember lalu, harga kakao dunia di bursa New York (New York Board of Trade – ICE) telah mengalami kenaikkan harga sebanyak 25 persen dari level terendah 2.000 dolar AS/ ton ke 2.500 dolar AS pada bulan Februari 2012. Sejak bulan Maret hingga May harga kakao kembali terkoreksi dan masih bertahan diatas 2.300 dolar AS/ ton.

Renji Betari, Analis Perdagangan IPASAR Pasar Fisik Komoditas mengatakan, kontrak berjangka kakao di Jakarta Futures Exchange diciptakan untuk memberikan harga yang wajar serta volatilitas minimum dengan batas perubahan harga harian sebesar Rp 1000 ke atas/ ke bawah sehingga para pedagang kakao dapat membuka kontrak jual/ beli dengan resiko yang kecil dibanding bursa luar

"Penguatan harga ini disebabkan posisi Indonesia sebagai produsen kakao terbesar ketiga di dunia kini telah memiliki pasar/ bursa sendiri sehingga pedagang lokal tidak perlu lagi hanya mengacu pada harga di bursa New York atau London, dimana mereka bukan negara penghasil kakao, melainkan konsumen dan pengolah biji kakao," ujar Renji dalam rilis persnya, Minggu (13/5/2012).

Menurut para petani dan pengolah lahan yang berasal dari Palu, Mamuju, Ambon, Lampung dan Sumatera Utara, harga kakao yang wajar agar dapat mengimbangi biaya produksi adalah 2.500 - 2.800 dolar AS/ ton atau sekitar Rp 23.000 hingga Rp 25.000 per kilogram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar