Banda Aceh – Produksi kopi arabika petani di dataran tinggi “Tanah
Gayo” yang meliputi Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah ditargetkan
bisa mencapai rata-rata dua ton/hektare per tahun.
“Berbagai upaya untuk meningkatkan produksi kopi terus dilakukan,
salah satunya melalui pelatihan dan pendidikan bagi puluhan ribu jiwa
petani di daerah itu,” kata Ketua Forum Kopi Aceh (FKA) Mustafa Ali yang
dihubungi dari Banda Aceh, Senin (4/6.
Selama ini, katanya, rata-rata produksi kopi dari lahan masyarakat
petani di dataran tinggi “Tanah Gayo” itu berkisar 700 ton/hektare per
tahun.
Salah satu upaya meningkatkan produksi kopi itu melalui pelatihan dan
pendidikan yang dilakukan FKA bekerja sama dengan International
Organization for Migration (IOM) yang ditargetkan sekitar 2.000 petani
di Aceh Tengah dan Bener Meriah.
“Program itu sudah dan sedang berjalan. Para petani itu akan mendapat
pengetahuan tentang bagaimana cara budidaya tanaman kopi , termasuk
pemangkasan daun, penanggulangan hama penyakit, masa dan pascapanen
serta membuat pupuk kompos,” kata dia menjelaskan.
Dari dua daerah lumbung kopi arabika di provinsi ujung paling barat
Indonesia itu masing-masing akan didik 1.000 petani. “Kita berharap para
petani yang telah memperoleh pendidikan itu bisa menggerakkan kelompok
tani lainnya,” kata Mustafa Ali.
Ia mengatakan, areal tanaman kopi di Aceh Tengah tercatat seluas
sekitar 48 ribu hektare yang tersebar di seluruh kecamatan dengan
keterlibatan masyarakat sebagai petani komoditas ekpor tersebut
sedikitnya 33.00 kepala keluarga (KK).
Sementara jumlah lahan kopi di Bener Meriah mencapai 39 ribu hektare
dengan keterlibatan masyarakat sebagai pemilik kebun tercatat 29.000 KK
di wilayah tersebut.
Selain dua daerah dataran tinggi “Tanah Gayo”, budidaya tenaman kopi
khususnya jenis arabika juga dilakukan masyarakat di Kabupaten Gayo Lues
dengan luas areal sekitar 7.500 hektare dengan petaninya mencapai 4.000
KK.
“Artinya, tanaman kopi khususnya arabika menjadi andalan perekonomian
masyarakat di dataran tinggi Tanah Gayo hingga masa mendatang, apalagi
harga komoditas itu memiliki nilai tinggi dipasaran dunia saat ini,”
kata Mustafa Ali.
yang bner nulisnya, "bisa mencapai rata-rata dua ton/hektare per tahun." rata-rata produksi kopi dari lahan masyarakat petani di dataran tinggi “Tanah Gayo” itu berkisar 700 ton/hektare per tahun"
BalasHapuspembaca jadi bingung
Namanya juga harapan! Sekarang ini sudah ada yang produksinya mencapai 2 ton/ ha. Kalau mau pembuktian silakan berkunjung ke Takengon dan gratis :)
Hapus