Konferensi
Kakao dan Kopi Aceh yang ke II telah berlangsung pada 14-15 Maret 2012
bertempat di Hotel Hermes Palace Banda Aceh. Acara tersebut merupakan kelanjutan
dari Konferensi
Kakao pertama yang saat itu kusus untuk Kakao digagas oleh NGO
Swiscontact proyek EDFF. Untuk konferensi
yang ke II Swiscontac bekerjasama dengan IOM yang juga sedang
menjalankan proyek EDFF untuk komoditi kop Arabika.
Hasil konferensi
tersebut melahirkan 6 (enam) poin penting yang diharapkan dapat memacu peningkatan
dan nilai saing kedua komoditi tersebut di dunia
perdagangan international yaitu komoditi Kakao dan Kopi Arabika.
Di Provinsi Aceh
Komoditi kakao tersebar di beberapa
kabupaten seperti Aceh Tengara, Aceh Tamiang,
Aceh Timur, Aceh Utara, Bireun, Pidie Jaya, Pidie, Bener Meriah (30% wilayah sudah dikembangkan kakao dan cocok untuk pengembangan), Aceh Barat Daya,
Aceh Barat dan daerah lainnya dengan luasan lahan produktif dan TM
sekitar 73.000 ha. Sedangkan Kopi Arabika saat ini di Aceh hanya terdapat di
dua kabupaten yang mayoritas yaitu di Aceh Tengah dan Bener Meriah serta
sebagian kecil di Gayo Lues dan Aceh Tengara dengan total luasan lahan dan TM
sekitar 100.000 ha.
Adapun hasil dari
konferensi tersebut yang berhasil dirumuskan yaitu:
- Pemerintah Aceh segera mendorong pengintegrasian komoditas Kakao dan kopi sebagai aktivitas utama di dalam koridor ekonomi Sumatera pada Master Plan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3I) guna mendukung pertumbuhan berkwalitas di Aceh.
- Memajukan Aceh setara dengan Sumatera Utara dengan ground breaking (peletakan batu pertama) pelabuhan Krueng Geukuh Lhokseumawe menjadi pelabuhan eksport import berstandar Internasional , sebagai HUB Port eksport berbagai komoditas di Aceh, perlu dipercepat.
- Pemerintah Aceh perlu memfasilitasi perlindungan hukum indikasi geografis kopi dan kakao melalui program sertifikasi.
- Forum kopi dan kakao perlu menjadi jembatan kerjasama kemitraan petani, masyarakat, pemerintah, sektor swasta dan lembaga Internasional terhadap percepatan, perluasan, pengembangan serta nilai tambah kopi dan kakao dan sertifikasi produk di pasar internasional.
- Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) perlu lebih kongkrit di dalam mendukung Prukab (Produk Unggulan Kabupaten) pada komoditas kopi dan kakao di beberapa kabupaten di Aceh.
- MDF (Multi Donor Trust Fund) diharapkan dapat melanjutkan pendanaan program pengembangan masyarakat melalui EDFF untuk kopi dan kakao Aceh, disamping komoditi lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar