Senin, 19 Maret 2012

Hasil Konferensi Kakao & Kopi Aceh 2012


Konferensi Kakao dan Kopi Aceh yang ke II telah berlangsung pada 14-15 Maret 2012 bertempat di Hotel Hermes Palace Banda Aceh. Acara tersebut merupakan kelanjutan dari Konferensi Kakao pertama yang saat itu kusus untuk Kakao digagas oleh NGO Swiscontact proyek EDFF. Untuk konferensi yang ke II Swiscontac bekerjasama dengan IOM yang juga sedang menjalankan proyek EDFF untuk komoditi kop Arabika.

Hasil konferensi tersebut melahirkan 6 (enam) poin penting yang diharapkan dapat memacu peningkatan dan nilai saing kedua komoditi tersebut di dunia perdagangan international yaitu komoditi Kakao dan Kopi Arabika

Di Provinsi Aceh Komoditi kakao tersebar di beberapa kabupaten seperti Aceh Tengara, Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, Bireun, Pidie Jaya, Pidie, Bener Meriah (30% wilayah sudah dikembangkan kakao dan cocok untuk pengembangan), Aceh Barat Daya, Aceh Barat dan daerah lainnya dengan luasan lahan produktif dan TM sekitar 73.000 ha. Sedangkan Kopi Arabika saat ini di Aceh hanya terdapat di dua kabupaten yang mayoritas yaitu di Aceh Tengah dan Bener Meriah serta sebagian kecil di Gayo Lues dan Aceh Tengara dengan total luasan lahan dan TM sekitar 100.000 ha.

Adapun hasil dari konferensi tersebut yang berhasil dirumuskan yaitu:
  1. Pemerintah Aceh segera mendorong pengintegrasian komoditas Kakao dan kopi sebagai aktivitas utama di dalam koridor ekonomi Sumatera pada Master Plan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3I) guna mendukung pertumbuhan berkwalitas  di  Aceh.
  2. Memajukan Aceh setara dengan Sumatera Utara  dengan ground breaking (peletakan batu pertama) pelabuhan Krueng Geukuh Lhokseumawe menjadi pelabuhan eksport import berstandar Internasional , sebagai HUB Port eksport berbagai komoditas di Aceh, perlu dipercepat.
  3. Pemerintah Aceh perlu memfasilitasi perlindungan  hukum indikasi  geografis  kopi dan kakao  melalui program sertifikasi. 
  4. Forum kopi dan kakao perlu menjadi jembatan  kerjasama kemitraan petani, masyarakat, pemerintah, sektor swasta dan lembaga Internasional  terhadap percepatan, perluasan, pengembangan serta nilai tambah kopi dan kakao  dan sertifikasi produk di pasar internasional.
  5. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) perlu lebih kongkrit di dalam mendukung Prukab (Produk Unggulan Kabupaten) pada komoditas kopi dan kakao di beberapa kabupaten di Aceh.
  6.  MDF (Multi Donor Trust Fund) diharapkan dapat melanjutkan pendanaan program  pengembangan masyarakat melalui EDFF untuk kopi dan kakao Aceh, disamping komoditi lainnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar